https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/issue/feed AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya 2024-02-20T14:25:53+07:00 SOMADI SOSROHADI somadi_sosrohadi@yahoo.co.id Open Journal Systems <p>AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya diterbitkan oleh Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS) Jakarta. Jurnal ini memuat informasi mengenai Bahasa, Sastra, dan Budaya dalam bentuk artikel, tulisan ilmiah, ulasan, penelitian, pengajaran di Universitas Nasional dan hasil-hasil penelitian dari sumber lain. Jurnal ini terbit berkala dua (2) kali dalam setahun (April dan Oktober).</p> https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3178 PEMAKNAAN PUISI PADA KUMPULAN PUISI SANGKOLAN MATA CELURIT MATA SABIT KARYA ROZ EKKI: SUATU PENDEKATAN SEMIOLOGI ROLAND BARTHES 2024-02-20T14:23:34+07:00 Restu Nasik Kamaluddin rnk.restu@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Tanda-tanda pada puisi dapat menyampaikan makna kepada pembaca. Setiap tanda, baik berupa, kata, frasa, dan kalimat sangat erat kaitannya dalam mengungkapkan kehidupan sosial, dan budaya yang</div><div>terkandung di dalamnya, sehingga latar sosial dan budaya pada puisi akan selalu muncul ketika membaca puisi, baik itu dilandasi oleh latar sosial pembaca atau pengarang itu sendiri. Kumpulan puisi Sangkolan Mata Celurit Mata Sabit sangat dekat dengan kehidupan sosial masyarakat. Mata Celurit</div><div>bercerita tentang latar sosial anak laki-laki, sedangkan Mata Sabit bercerita tentang latar sosial anak perempuan. Semiologi Roland Barthes merupakan teori tentang tanda-tanda yang dapat mengungkapan makna. Kode-kode dan pemaknaan denotasi dan konotasi ialah teori yang saya gunakan untuk</div><div>melakukan penelitian ini. Dengan kedua teori tersebut jumlah kode dan pemaknaan di setipa puisi akan terungkap. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Cara-cara ilmiah yang mendorong metode</div><div>kualitatif dianggap sebagai multi metode sebab penelitian ini pada gilirannya mengaitkan nilai-nilai budaya pada masyarakat. Hasil dari penelitian ini kode-kode yang dominan muncul ialah kode tindakan dan simbolik. Serta makna umum pada keseluruhan puisi tentang peristiwa masa lampau</div><div>yang perlahan-lahan mulai mengalami pergeseran makna.</div><div> </div><div>Kata kunci: Latar Sosial, Kode-Kode, Denotasi dan Konotasi, dan Puisi.</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>Signs in his poetry to deliver meaning to the reader. Every sign, whether in the form, words, phrases, and sentences is very closely related in expressing social life, and the culture contained in it, so that the social and cultural background of poetry will always appear when reading poetry, whether it is based on the social background of the reader or author itself. The collection of Sangkolan Mata Celurit Mata Sabitt poetry is very close to the social life of the community. Mata Celurit tells about the social setting of boys, while Mata Sabit tells about the social setting of girls. Roland Barthes's semiology is a theory of signs that can express meaning. The codes and the meaning of denotation and connotation are the theories that I used to do this research. With these two theories, the amount of code and meaning in every poem will be revealed. This study uses a qualitative method. Scientific ways that encourage qualitative methods are considered as multi methods because this study in turn links cultural values to the community. The results of this study are the dominant codes that appear are the action and symbolic codes. As well as the general meaning of the whole poem about past events that slowly began to disappear.</div><div> </div><div>Keywords: Social Background, Codes, Denotations and Connotations, and Poetry.</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3179 BILINGUALISME DAN DIGLOSIA DALAM FILM TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK 2024-02-20T14:23:35+07:00 Mufti Nuraisah mufti.nuraisah@yahoo.com <div>ABSTRAK</div><div>Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck diadaptasi dari novel berjudul sama karangan Buya Hamka. Film yang disutradarai oleh Sunil Soraya ini mengisahkan tentang perbedaan latar belakang sosial yang menghalangi</div><div>hubungan cinta sepasang kekasih hingga berakhir dengan kematian. Peneliti tertarik untuk mengkaji film berdurasi 2 jam 49 menit ini karena terdapat penggunaan beragam bahasa yang digunakan antartokoh dalam</div><div>berkomunikasi. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui situasi bilingualisme dan diglosia, ragam bahasa yang digunakan antartokoh, serta hubungan antara latar belakang sosial dan situasional dengan bahasa yang</div><div>dipilih tokoh dalam film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck dengan menggunakan teori bilingualisme (Fasold dan Mackey) dan teori diglosia (Ferguson). Metode penelitian yang dipakai peneliti adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang atau masalah aktual. Dari analisis data, film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck menunjukkan situasi kebahasaan yang bilingualisme dan diglosia. Latar belakang sosial partisipan, ranah, topik pembicaraan, dan situasi turut memengaruhi pemilihan ragam bahasa, ragam bahasa resmi (H) maupun ragam bahasa tidak resmi (L), yang digunakan antartokoh dalam berkomunikasi.</div><div> </div><div>Kata kunci: sosiolinguistik, bilingualisme, diglosia, pemilihan bahasa</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>The film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck was adapted from the novel of the same title by Buya Hamka. This film, directed by Sunil Soraya, tells the story of differences in social backgrounds that hinder a couple's love</div><div>relationship until it ends in death. Researchers are interested in studying this 2 hour 49 minute film because there is a variety of languages used between characters in communicating. The aim of this research is to</div><div>determine the situation of bilingualism and diglossia, the variety of languages used between characters, as well as the relationship between social and situational background and the language chosen by the characters in the film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck using bilingualism theory (Fasold and Mackey) and diglossia theory ( Ferguson). The research method used by researchers is a descriptive method, namely research that attempts to describe a symptom or event that is occurring at the present time or an actual problem. From the data analysis, the film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck shows a linguistic situation of bilingualism and diglossia. The participant's social background, domain, topic of discussion, and situation also influence the choice of language variety, official language variety (H) and unofficial language variety (L), used between characters in</div><div>communication.</div><div> </div><div>Key words: sociolinguistics, bilingualism, diglossia, language choice.</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3180 ANALISIS SISTEM HONORIFIK BAHASA KOREA TERHADAP MITRA TUTUR DALAM DRAMA “RADIO ROMANCE” KARYA KIM SIN ILL 2024-02-20T14:23:35+07:00 Fahdi Sachiya fahdi.sachiya@civitas.unas.ac.id Putri Widyasari putri.widya@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Penelitian ini membahas tentang sistem honorifik bahasa Korea terhadap mitra tutur yang merupakan salah satu kajian sintaksis. Negara Korea merupakan negara yang mengutamakan kesopanan. Dalam penggunaan dan pemahaman sistem honorifik ini, banyak Pembelajar bahasa Korea menggunakan sistem honorifik yang kurang tepat. Tujuan dari penelitian ini untuk memaparkan penggunaan sistem honorifik bahasa Korea. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan metode penelitian deskriptif. Data penelitian ini berupa bentuk kalimat sistem honorifik bahasa Korea dari dialog yang ada dalam drama RADIO ROMANCE karya Kim Sin Ill.</div><div>Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 5 bentuk sistem honorifik bahasa Korea dalam drama RADIO ROMANCE sebanyak 206 data. Hapsyoche 합쇼체 (formal style) terdapat 55 data dalam bentuk kalimat pernyataan dan 28 data kalimat dalam bentuk pertanyaan, haeyoche 해요체 (polite style) terdapat 21 data dalam bentuk kalimat pernyataan dan 26 data dalam bentuk kalimat pertanyaan, hageche 하게체 (familiar style) terdapat</div><div>2 data dalam bentuk kalimat pernyataan dan 3 data dalam bentuk kalimat pertanyaan, banmalche/haeche 반말체/해체 (banmal style) terdapat 32 data dalam bentuk kalimat pernyataan dan 27 data dalam bentuk kalimat</div><div>pertanyaan. Kemudian yang terakhir haerache 해라체 (plain style) terdapat 1 data dalam bentuk kalimat pernyataan dan 11 data dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dalam drama korea ini, penulis tidak menemukan sistem</div><div>honorifik dalam bentuk haoche 하오체 (semiformal style).</div><div> </div><div>Kata Kunci: Drama Korea, Sintaksis, Sistem Honorifik bahasa Korea</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>This research discusses the Korean language honorific system for speech partners, which is one of the syntax studies. Korea is a country that prioritizes politeness. In using and understanding the honorific system, many Korean language learners use an honorific system that is inaccurate. The purpose of this research is to explain the use of the Korean language honorific system. This research uses qualitative research and descriptive research methods. This research data is in the form of Korean honorific system sentences from dialogue in the drama RADIO ROMANCE by Kim Sin Ill. Based on the research results, 5 forms of the Korean language honorific</div><div>system were found in the drama RADIO ROMANCE totaling 206 data. Hapsyoche 합쇼체 (formal style) contains 55 data in the form of statement sentences and 28 data sentences in the form of questions, haeyoche 해요체 (polite style) contains 21 data in the form of statement sentences and 26 data in the form of question sentences, hageche 하게체 (familiar style) contains 2 data in the form of statement sentences and 3 data in the form of question sentences, banmalche/haeche 반말체/해체 (banmal style) there are 32 data in the form of statement sentences and 27 data in the form of question sentences. Then finally haerache 해라체 (plain style) there is 1 data in the form of a statement sentence and 11 data in the form of a question sentence. In this Korean drama, the author did not find an honorific system in the form of haoche 하오체 (semiformal style).</div><div> </div><div>Keywords: Korean Drama, Syntax, Korean Honorific System</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3181 ANALISIS MAKNA ONOMATOPE PADA WEBTOON SINBI 2024-02-20T14:23:35+07:00 Fairuz Fairuz fairuz@civitas.unas.ac.id Salsa Nurul Khoiriyah salsanurul25@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Pembelajar bahasa Korea sering menemui onomatope ini saat membaca buku cerita atau komik bahasa Korea. Akan tetapi, tidak banyak yang paham akan maknanya. Atas dasar inilah, penulis bermaksud ingin menunjukkan beberapa onomatope yang terdapat dalam komik digital (webtoon) berjudul 신비 (sinbi) dengan harapan dapat sedikit membantu pemahaman pembelajar bahasa Korea terhadap makna onomatope dalam bahasa Korea dan secara tidak langsung menambah pengetahuan kosa kata bahasa Korea mereka. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan makna dan klasifikasi onomatope dalam webtoon Sinbi, Untuk dapat mendeskripsikan makna dan klasifikasi onomatope tersebut, pertama-tama dilakukan</div><div>analisis. Analisis makna didasarkan pada makna onomatope yang terterera dalam Kamus Besar Bahasa Korea yang dikelola oleh Pusat Bahasa Korea. Sementara untuk analisis klasifikasi, didasarkan pada tabel klasifikasi</div><div>yang dibuat oleh Zhang (2008). Dari hasil analisis tersebut ditemukan 28 onomatope dengan 4 klasifikasi. Klasifikasi tiruan suara manusia terdiri dari 18 onomatope. Klasifikasi tiruan suara alam terdiri dari 3 onomatope.</div><div>Klasifikasi tiruan suara benda terdiri dari 6 onomatope. Klasifikasi tiruan suara hewan terdiri dari 1 onomatope.</div><div> </div><div>Kata Kunci : webtoon, Onomatope, makna onomatope, klasifikasi Onomatope</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>Korean language learners may often see onomatopoeia when reading Korean language story books or comics. However, not many understand its meaning. Based on this, the writer intends to show some of the onomatopoeias contained in the digital comic (webtoon) entitled Sinbi, In order to show to Korean learners to understand the meaning of onomatopoeia in Korean and indirectly increase their knowledge of Korean vocabulary. This research is a qualitative descriptive study that aims to describe the meaning and classification of onomatopoeia in the</div><div>webtoon Sinbi). The meaning analysis is based on the onomatopoeic meanings recorded in the Big Korean Language Dictionary maintained by the Korean Language Center. To classify them the classification table made</div><div>by Zhang (2008) was adopted. The result shows that it was found 28 onomatopoeia with 4 classifications. The classification of human speech imitation consists of 18 onomatopoeias. The classification of natural sound</div><div>imitation consists of 3 onomatopoeias. The classification of object sound imitation consists of 6 onomatopoeias. The classification of animal sound imitation consists of 1 onomatopoeia.</div><div> </div><div>Keywords : webtoon, Onomatopoeia, onomatopoeia meaning, Onomatopoeia classification</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3182 TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM FILM SWEET AND SOUR(새콤달콤) 2024-02-20T14:23:35+07:00 Fadhilah Fadhilah fadhilah@civitas.unas.ac.id Nova Oktavianti knoveffendy04@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang tindak tutur. Dalam pragmatik terdapat 3 jenis tindakan yang dapat di ujarkan oleh penutur, yaitu: Tindak lokusi, tindak perlokusi, tindak illokusi dan lima aspek tuturan yaitu konteks, penutur dan lawan tutur, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal. Dalam ilokusi terdapat empat tindak tutur direktif yang mengekspresikan sikap penutur terhadap orang lain untuk melakukan sesuatu seperti Perintah, perintaan, peringatan dan saran. Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode desksriptif. Tujuan penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi pada saat ini. Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara yang masyarakatnya menyukai budaya hiburan Korea, salah satunya film. Maka penelitian ini mengambil film sebagai objek penelitian agar mempermudah pembaca memahami tuturan direktif dari dialog yang ada di film dengan menggunakan teori tindak tutur direktif yang di klarifikasikan oleh George Yule dan analisis teori SPEAKING yang di kemukakan oleh Gumperz dan Hymes. Maka, terdapat 61 data secara keseluruhan dari keempat tindak tutur direktif yang ditemukan dalam Film Sweet and Sour yang dijadikan sebagai objek penelitian. direktif Perintah (명령 myeongnyeong) 22 data, direktif Permintaan (요구 yogu ) 25 data , direktif Peringatan (경고 gyeong-go) 4 data , dan direktif Saran (제안 jean) 10 data.</div><div>Berdasarkan hasil dari analisis tindak tutur direktif permintaan adalah tuturan yang paling banyak ditemukan sedangkan tindak tutur direktif peringatan adalah tuturan yang paling sedikit di temukan dalam film Sweet and Sour.</div><div>Kata Kunci: Pragmatik, Ilokusi, Tindak tutur direktif, Film.</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>Pragmatics is a branch of linguistics that studies speech acts. In pragmatics there are 3 types of actions that can be uttered by speakers, namely: locutionary acts, perlocutionary acts, illocutionary acts and five aspects of</div><div>speech, namely context, speaker and interlocutor, purpose of speech, speech as a form of action or activity, and speech as a product of action. verbally. In the illocutionary there are four directive speech acts that express the speaker's attitude towards others to do something such as orders, requests, warnings and suggestions. This</div><div>research uses qualitative research with descriptive method. The purpose of this research is to describe a phenomenon that is happening at this time. Indonesia is one of the many countries whose people like Korean</div><div>entertainment, such as Korean movies. Therefore, this study uses a film for the research object in order to make it easier for readers to understand the directive speech of the dialogue that is used in the film by using the</div><div>directive speech act theory by George Yule and the analysis of the SPEAKING theory by Gumperz and Hymes. Thus, there are 61 data in total from the four directive speech acts found in the Sweet and Sour film which is used as objects of research. Command directive (명령 myeongnyeong) has 22 data, Request directive (요구 yogu) has 25 data, Warning directive (경고 gyeong-go) has 4 data, and Suggestion directive (제안 jean) has 10</div><div>data. Based on the results of the research, speech act directive requests are the most common speech acts while warning directive speech acts are the speech acts that are the least found in the film Sweet and Sour.</div><div> </div><div>Key words: Pragmatics, Illocutionary, Directive speech acts, Film</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3183 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PEMBELAJARAN DARING TATA BAHASA JEPANG (BUNPO 1, 3 DAN 5) PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG, UNIVERSITAS NASIONAL (SURVEY DESKRIPTIF) 2024-02-20T14:23:35+07:00 Handycal Aprilio hapriyullio@gmail.com Suyanti Natalia yanti.natalia@gmail.com <div>ABSTRACT</div><div>This study aims to determine the effectiveness of daring-based learning in Japanese Grammar courses, as well as to explain the supporting factors and obstacles in the daring learning process. The research method used is a descriptive survey method with a qualitative approach. The types of data collected are observations, as well as questionnaires. Respondents in this study were students of class Bunpō 1, 3, and 5 as well as lecturers in the Department of Japanese Literature at the National University. The results</div><div>of this study indicate that the lecturers have managed online learning activities well, the lecturers have managed learning process in accordance with the RPS with the flow designed by the lecturer with the</div><div>supervision of the Japanese Literature Study Program. Students assess the effectiveness of daring learning as much as 55% think it is less effective, 39% think it is effective, 8% think it is not effective, and 2% have other answers. These results indicate that the majority of students do not feel the benefits of the positive impacts and also feel the negative impacts of daring learning. Inhibiting factors and supporting factors are from the side of teachers and students. It was found that the majority of students</div><div>could understand the material and teaching materials presented by the lecturer. The methods, techniques and creativity of the lecturers in delivering the material have also been carried out well, this is a</div><div>supporting factor in the daring learning process. Inhibiting factors include inadequate facilities for students, poor internet connection, physical and psychological fatigue in students, and other activities that interfere with the learning process.</div><div> </div><div>Keywords: Daring Learning, Descriptive Survey, Japanese Grammar</div><div> </div><div><div>ABSTRAK</div><div>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pembelajaran berbasis daring pada mata kuliah Tata Bahasa Jepang, serta untuk menjelaskan faktor pendukung dan hambatan dalam proses</div><div>pembelajaran daring. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Jenis data yang dikumpulkan merupakan observasi, serta angket. Subjek atau responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas Bunpō 1, 3, dan 5 serta dosen di jurusan Sastra Jepang Universitas Nasional. Hasil penelitian ini menunjukkan dosen telah melaksanakan kegiatan pembelajaran daring dengan baik, dosen sudah melaksanakan proses pengajaran sesuai dengan RPS dengan alur yang dirancang oleh dosen pengampu dengan pengawasan Program Studi Sastra Jepang. Mahasiswa menilai efektivitas pembelajaran daring ini sebanyak 55% berpendapat kurang efektif, 39%</div><div>berpendapat efektif, 8% berpendapat tidak efektif, dan 2% memiliki jawaban lainnya. Hasil tersebut menunjukkan mayoritas dari mahasiswa kurang merasakan manfaat dampak positif dan juga merasakan</div><div>dampak negatif dari pembelajaran daring. Faktor penghambat serta faktor pendukung yang dari sisi pengajar dan mahasiswa menunjukkan mayoritas mahasiswa dapat mengerti dengan materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh dosen. Metode, teknik dan kreativitas dosen juga sudah baik, hal ini menjadi faktor pendukung dalam proses pembelajaran daring. Faktor penghambat antara lain, sarana yang kurang memadai dari mahasiswa, koneksi internet yang buruk, kelelahan fisik serta psikis pada mahasiswa, dan aktivitas lain yang mengganggu proses pembelajaran.</div><div> </div><div><div>Kata Kunci: Pembelajaran Daring, Survei Deskriptif, Tata Bahasa Jepang</div></div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3184 REPRESENTASI RESISTENSI KEKUASAAN BUDAYA PATRIARKI DALAM DRAMA WHEN THE CAMELLIA BLOOMS 2024-02-20T14:23:35+07:00 Ko Yoo Kyung ko.yoo.kyung@civitas.unas.ac.id Sarah Salsabila salasabilasarah@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Korea merupakan salah satu negara Asia Timur yang masih menganut budaya patriarki dikarenakan masyarakat Korea mengacu pada ajaran Konfusianisme. Dalam sejarah masyarakat tradisional Korea, perempuan sejak usia muda diajarkan untuk mempersiapkan perannya sebagai istri dan ibu yang mempertahankan keharmonisan rumah tangga dan merawat anggota keluarganya. Terdapat beberapa drama Korea yang menceritakan mengenai budaya patriarki, salah satunya drama yang berjudul when the camellia blooms (2019). Penelitian ini bertujuan untuk</div><div>menjelaskan representasi kekuasaan budaya patriarki dalam drama when the camelia blooms dan resistensi kekuasaan budaya patriarki dalam masyarakat Korea modern. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif</div><div>dengan deskriptif analisis dimana penulis menganalisis resistensi kekuasaan dalam masyarakat Korea modern dan representasi kekuasaan budaya patriarki yang ada dalam drama when the camellia blooms. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam drama when the camellia blooms terdapat beberapa adegan yang menyindir kekuasaan budaya patriarki dalam kehidupan bermasyarakat Korea. Ketidakadilan berbasis gender yang ditimbulkan budaya patriarki tentu menimbulkan resistensi dari kaum perempuan. Dalam drama when the camellia blooms terdapat</div><div>sebanyak 4 adegan yang merepresentasikan resistensi kaum perempuan terhadap kekuasaan budaya patriarki.</div><div> </div><div>Kata kunci: budaya patriaki, resistensi, drama Korea, kekuasaan</div><div> </div><div><div>Abstract</div><div>Korea is one of the East Asian countries that still adheres to patriarchal culture because Korean society refers to Confucianism. In the history of traditional Korean society, women were taught from a young age to prepare for their roles as wives and mothers who maintain household harmony and care for their family members. There are several Korean dramas that tell about patriarchal culture, one of which is the drama entitled When the Camellia Blooms (2019). This research aims to explain the representation of patriarchal cultural power in the drama When the Camellia Blooms and the resistance to patriarchal cultural power in modern Korean society. This research uses a qualitative method with descriptive analysis where the author analyzes the resistance to power in modern Korean society and the representation of patriarchal cultural power in the drama When the Camellia Blooms. The results of this research show that in the drama When the Camellia Blooms there are several scenes that satirize the power of patriarchal culture in Korean social life. Gender-based injustices caused by patriarchal culture certainly give rise to resistance from women. In the drama When the Camellia Blooms there are 4 scenes</div><div>that represent women's resistance to patriarchal cultural power.</div><div> </div><div>Key words: patriarchal culture, resistance, Korean drama, power</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3185 STUDI EKSPLORASI PEMILIHAN JURUSAN KULIAH PADA MAHASISWA LAKI-LAKI PROGRAM BAHASA KOREA UNIVERSITAS NASIONAL 2024-02-20T14:23:35+07:00 Shua Jung shua.jung@civitas.unas.ac.id Salsabilla Rachmadani Dewanto salsabrd@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div> </div><div>Dukungan orang tua terhadap pemilihan jurusan kuliah anak sangat penting. Anak bisa yakin dengan pilihan yang akan dipilih setelah mendapatkan persetujuan dari orangg tua. Dengan menggunkana pendekatan kualititatif deskriptif dengan metode interview, penelitian ini mencoba menelaah bagaimana pengaruh orang tua terhadap</div><div>pemilihan jurusan kuliah anak khususnya pada anak laki-laki berdasarkan teori College Choice Methods oleh Jackson. Hasil penelitian terhadap 5 orang tua murid, menunjukkan bahwa orang tua hanya memiliki sedikit</div><div>pengaruh terhadap pilihan jurusan kuliah. Hal ini dikarenakan orang tua memberikan kebebasan penuh terhadap anaknya untuk memilih jurusan yang diinginkan. Sedangkan dari sisi anak, lokasi adalah faktor pertimbangan utama hingga akhirnya memilih berkuliah di tempatnya saat ini.</div><div> </div><div>Kata kunci: pengaruh orang tua, jurusan kuliah, mahasiswa laki-laki</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>Parental support for their child's choice of college major is very important. Children can be sure about the choice they will choose after getting approval from their parents. By using a descriptive qualitative approach with</div><div>interview methods, this research tries to examine how parents influence their children's choice of college major, especially boys, based on Jackson's College Choice Methods theory. The results of research on 5 students' parents showed that parents had little influence on the choice of college major. This is because parents give their children complete freedom to choose the major they want. Meanwhile, from the child's perspective, location is the main consideration factor until they finally choose to study at their current location.</div><div> </div><div>Key words: parental influence, college major, male students</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3186 TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM WEB DRAMA THE WORLD OF MY 17 KARYA CHOI SUNMI: KAJIAN PRAGMATIK 2024-02-20T14:24:23+07:00 Shua Jung shua.jung@civitas.unas.ac.id Kintan Faldani Misbach Putri kintanfal@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Tindak tutur ekspresif merupakan salah satu bentuk tindak tutur yang sangat umum digunakan dalam percakapan sehari-hari dan merupakan bagian dari kajian ilmu pragmatik. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan bentuk tindak tutur ekspresif berikut dengan konteks situasinya karena masih banyaknya pemakaian tindak tutur</div><div>ekspresif oleh pembelajar linguistik khususnya bahasa Korea yang tidak memperhatikan konteks dari situasi sehingga terjadi kesalahpahaman dalam memahami makna sebuah tuturan. Penelitian ini menggunakan</div><div>pendekatan deskriptif kualitatif. Data dari penelitian ini diambil dari dialog tuturan ekspresif antar empat tokoh web drama The World of My 17. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur ekspresif</div><div>yang digagaskan oleh Hyeyong Lee (2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam web drama The World of My 17 terdapat 20 bentuk tindak tutur ekspresif dengan total 51 data. Bentuk tindak tutur ekspresif tersebut</div><div>yaitu tindak tutur harapan (기원), cemcas (걱정), pamer (우쭐대기), kutukan (악담), dan cemburu (질) yang masing- masing ditemukan 1 data. Bentuk tindak tutur perayaan (축하), ungkapan suka (호감표현), keinginan</div><div>(소원), ejekan (조롱), dan kebencian (원망) masing-masing ditemukan 2 data. Kemudian tindak tutur pujian (찬사), syukur (감사), khawatir (염려), maaf (사과), sorakan (환호), ratapan (한탄), kemarahan (분퉁표현),</div><div>dan menyalahkan (질타) masing-masing ditemukan 3 data. Dan yang paling dominan ditemukan adalah tindak tutur sapaan (환대) sebanyak 5 data dan kekaguman (경탄) sebanyak 7 data.</div><div>Kata kunci: Pragmatik, Tindak Ilokusi, Tindak Tutur Ekspresif, Web Drama.</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>Expressive speech acts are a form of speech act that is very commonly used in everyday conversation and is part of the study of pragmatics. This research aims to explain the form of expressive speech acts along with the context of the situation because there are still many uses of expressive speech acts by linguistic learners, especially Korean, who do not pay attention to the context of the situation, resulting in misunderstandings in understanding the meaning of an utterance. This research use desciptive qualitative approach. The data from this research were taken from expressive speech dialogue between four characters in the web drama The World of My 17. The theory used in this research is the theory of expressive speech acts initiated by Hyeyong Lee (2010). The research results</div><div>show that in the web drama The World of My 17 there are 20 forms of expressive speech acts with a total of 51 data. The forms of expressive speech acts are speech acts of hope (기원), cemcas (걱정), showing off (우쭐대기), cursing (악담), and jealousy (질), each of which found 1 data. The speech acts of celebration (축하), expressions of like (호감표현), desire (소원), ridicule (조롱), and hatred (원망) were each found in 2 data. Then the speech acts of praise (찬사), gratitude (감사), worry (염려), sorry (사과), cheers (환호), lamentation (한탄), anger (분퉁표현), and blame (질타) each found 3 data . And the most dominant ones found were the speech acts of</div><div>greeting (환대) with 5 data and admiration (경탄) with 7 data.</div><div>Keywords: Pragmatics, Illocutionary Acts, Expressive Speech Acts, Web Drama</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3187 PERKEMBANGAN FASILITAS WISATA RAMAH MUSLIM DI KOREA SELATAN 2024-02-20T14:24:55+07:00 Somadi Somadi somadi.sosrohadi@civitas.unas.ac.id <div>ABSTRAK</div><div>Saat ini, Korea Selatan menjadi salah satu negara yang mengalami kemajuan pariwisata yang pesat. Tingginya minat berwisata ke Korea Selatan tidak terlepas dari pengaruh budaya pop Korea yang merebak ke berbagai negara, tidak terkecuali ke negara-negara dengan penduduk bermayoritas muslim. Dengan tingginya minat kunjung wisatawan muslim membuat pemerintah Korea Selatan gencar menawarkan pariwisata ramah muslimnya selain itu karena peningkatan inilah yang membuat pemerintah Korea Selatan dibantu oleh KTO (Korea Tourism Organization) dan KMF (Korea Muslim Federation) mulai mengembangkan layanan dan fasilitas untuk wisatawan muslim yang berwisata ke Korea Selatan. Ketersediaan berbagai tempat ibadah juga tempat makan yang menyediakan makanan dan minuman halal bagi wisatawan muslim menjadi bukti nyata dari keseriusan pemerintah Korea Selatan dalam mempromosikan negaranya melalui pariwisata berbasis ramah muslim. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan fasilitas wisata ramah muslim di Korea Selatan serta pengaruh budaya popular Korea terhadap minat kunjung para wisatawan muslim ke Korea Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitan ini menunjukkan bahwasannya upaya yang dilakukan pemerintah Korea Selatan dalam mengembangkan konsep wisata ramah muslim di Korea</div><div>Selatan sudah cukup efektif dalam meningkatkan kenyamanan serta kebutuhan wisatawan muslim saat berwisata melalui promosi-promosi budaya yang diselenggarakan pemerintah Korea Selatan.</div><div> </div><div>Kata Kunci : Wisata ramah muslim, budaya pop Korea, wisatawan muslim, fasilitas ramah muslim</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>Currently, South Korea is one of the countries experiencing rapid tourism progress. The high interest in traveling to South Korea cannot be separated from the influence of Korean pop culture which has spread to various</div><div>countries, including countries with Muslim majority populations. With the high interest in visiting Muslim tourists, the South Korean government is aggressively offering Muslim-friendly tourism. In addition, because of this</div><div>increase, the South Korean government, assisted by the KTO (Korea Tourism Organization) and KMF (Korea Muslim Federation), began to develop services and facilities for Muslim tourists who travel. to South Korea. The availability of various places of worship as well as eating places that provide halal food and drinks for Muslim tourists is clear evidence of the seriousness of the South Korean government in promoting its country through Muslim-friendly tourism. This research aims to determine the development of Muslim-friendly tourism facilities in South Korea as well as the influence of Korean popular culture on the interest of Muslim tourists to visit South Korea. The method used in this research is descriptive qualitative. The results of this research show that the efforts made by the South Korean government in developing the concept of Muslim-friendly tourism in South Korea have been quite effective in increasing the comfort and needs of Muslim tourists when traveling through cultural promotions organized by the South Korean government.</div><div> </div><div>Keywords: Muslim friendly tourism, Korean pop culture, Muslim tourists, Muslim friendly facilities</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3188 REPRESENTASI PESAN MORAL DALAM FILM “MY ANNOYING BROTHER” (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PEIRCE) 2024-02-20T14:25:23+07:00 Suyanti Natalia suyanti.natalia@civitas.unas.ac.id Safira Elok Ratriandita safirae90@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Penelitian ini membahas mengenai representasi pesan moral yang terdapat dalam film “My Annoying Brother”. Masalah penelitiannya adalah mencari fenomena dalam pesan moral dan tanda representasi pesan moral apa saja</div><div>yang terdapat dalam film “My Annoying Brother”. Penelitian ini menggunakan teori semiotika dari Charles Sanders Peirce dengan menggunakan metode kualitatif, sementara teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik dokumentasi dan studi pustaka. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa film ini memiliki delapan bentuk pesan moral mengenai bagaimana hubungan manusia dengan dirinya sendiri serta hubungan manusia dengan orang lain dalam lingkup sosial. Pesan moral yang terdapat di dalam film “My Annoying Brother”</div><div>(diantaranya setiap orang dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik, saudara harus saling melindungi satu sama lain, bersama saudara bisa meningkatkan kesehatan mental, percaya diri, ketulusan, pantang menyerah, jangan ragu meminta bantuan orang lain dan yang terakhir jangan pernah merasa sendirian).</div><div> </div><div>Kata kunci: representasi, film, semiotika, semiotika Charles Sanders Pierce, pesan moral</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>This study discusses the representation of the moral message contained in the film "My Annoying Brother". This study aims to find a moral message and any sign of representation of the moral message contained in the film "My Annoying Brother". This study uses the semiotic theory of Charles Sanders Pierce by using qualitative methods, however data collection used documentation technique and literature study. In this study it can be concluded that this film has eight forms of moral messages about how humans relate to themselves and human relationships with</div><div>other people in the social sphere. The moral messages contained in the film "My Annoying Brother" include that everyone can change into a better person, brothers and sisters must protect each other, with siblings can improve mental health, self-confidence, sincerity, never give up, don't hesitate to ask help from others and lastly never feel alone.</div><div>Keywords: representation, film, semiotics, Charles Sanders Pierce semiotics, moral message</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya https://journal.unas.ac.id/aksarabaca/article/view/3189 TINDAK TUTUR EKPRESIF PADA AKUN JEJARING SOSIAL FACEBOOK MILIK SALAH SATU PERSONIL BAND JEPANG DENEB 2024-02-20T14:25:53+07:00 Lely Demiyati lelydemiyati@gmail.com Chantika Egysta Ananda egysta21@gmail.com <div>ABSTRAK</div><div>Tindak tutur ekspresif menggambarkan pernyataan pernyataan psikologis penutur dan dapat berasal dari apa pun yang dilakukan oleh penutur atau pendengar. Tindak tutur banyak ditemukan dalam status media sosial untuk tujuan tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu Mendeskripsikan fungsi tindak tutur ekspresif yang terdapat pada status</div><div>Facebook milik salah satu personil Band Jepang Deneb yang bernama Bubbles. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Data penelitian ini berupa tindak tutur ekspresif yang diambil dari media sosial Facebook. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan metode simak dan catat. Sedangkan teknik analisis data</div><div>dilakukan dengan empat tahap, yakni identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat fungsi tindak tutur dalam status facebook salah satu personil Deneb Band yaitu Bubbles. Tindak tutur ekspresif yang ditemukan berupa: mengucapkan terima kasih, meminta maaf dan menunjukkan penyesalan.</div><div>Kata kunci: media sosial, tindak tutur , Band Jepang</div><div> </div><div><div>ABSTRACT</div><div>Expressive speech acts describe the speaker's psychological statements and can originate from anything done by the speaker or listener. Speech acts are often found in social media statuses for certain purposes. The aim of this research is to describe the function of expressive speech acts contained in the Facebook status of one of the members of the Japanese band Deneb named Bubbles. The method used in this research is descriptive qualitative. This research data is in the form of expressive speech acts taken from social media Facebook. The data collection technique used was the listening and note-taking method. Meanwhile, data analysis techniques are carried out in four stages, namely identification, classification, interpretation and reporting. The results of this research show that there is a speech act</div><div>function in the Facebook status of one of the Deneb Band personnel, namely Bubbles. The expressive speech acts found were: saying thank you, apologizing and showing regret.</div><div>Keywords: social media, speech acts, Japanese band</div></div> 2024-02-20T00:00:00+07:00 Copyright (c) 2024 AKSARABACA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya