MAKAM KELUARGA KONVENSIONAL DAN “TAKUBO” MAKAM KONTEMPORER DI JEPANG: KAJIAN SEMIOTIK

Authors

  • Tetet Sulastri Bahasa Korea, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Nasional, Jakarta
  • Wisnu Wardani Bahasa Korea, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Nasional, Jakarta
  • Rizka Fajriyah Bahasa Korea, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Nasional, Jakarta

DOI:

https://doi.org/10.47313/aksarabaca.v2i2.3164

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul “Makna Makam Konvensional dan Makam Kontemporer pada Masyarakat Jepang”. Makan di Jepang berupa bangunan yang terbuat dari batu berbentuk segiempat dan memuat satu keluarga besar. Oleh karena itu, makam merupakan symbol keberlanjutan keluarga. Dalam penelitian ini digunankan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika dari Roland Barthes. Untuk menemukan makna denotasi dan makna konotasi Pada makam konvensional memiliki tiga tingkatan yang disebut saoishi, joudai, chuudai, masing masing tingkatan memiliki makna konotasi yang menggambarkan langit, manusia, dan bumi. Sedangkan padamakam kontemporer terdiri dari dua tingkatan. kata kunci: makam Jepang konvensional, takubo, semiotik, ABSTRACTThis research is entitled "The Meaning of Conventional Graves and Contemporary Graves in Japanese Society". Dining in Japan is a building made of stone in a rectangular shape and accommodates a large family.Therefore, the grave is a symbol of family continuity. In this research, a qualitative descriptive method was used with a semiotic approach from Roland Barthes. To find the meaning of denotation and meaning of connotation. Conventional tombs have three levels called saoishi, joudai, chuudai, each level has a connotative meaning that depicts heaven, humans and earth. Meanwhile, contemporary tombs consist of two levels. keywords: conventional Japanese tombs, takubo, semiotics,

References

Eco, Umberto. 2000. Teori Semiotika, Signifikasi Komunikasi, Teori Kode, Serta Teori Produksi Tanda. terjemahan

Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Danesi, Marcel. 2010. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra

Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT Dian Rakyat

Ingram, W. Scott, 2005, Japanese Immigrants to the United States. New York : Facts On File, Inc.

Lawanda, Ike Iswary. 2009. Matsuri dan Kebudayaan Korporasi Jepang. ILUNI Kajian Wilayah Jepang Press. Jakarta.

Wiyatasari, Reny. 2018, Perayaan Obon (Obon-Matsuri) di Jepang; Endogami: Jurnal Ilmiah Kajian Antropologi. Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Semarang

Hoed, Benny. H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas Bambu

Barthes, Roland. (1957). Mythologies. Paris: Seuil

Noth, W. (1990) Handbook of Semiotics. Bloomington/Indianapolis: Indiana University Press

Chandler, Daniel. (2007) Semiotics The Basic Second Edition. London: Routledge

Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang Dilihat dari Kacamata Indonesia.Jakarta. PT Pustaka Utama Grafiti.

Downloads

Published

2024-02-19