Dinamika Konflik dan Identitas Hibrida dalam Film Cahaya dari Timur: Beta Maluku Karya Angga Dwimas Sasongko Melalui Pendekatan Poskolonialisme

Authors

  • Zen Wisa Sartre Universitas Indonesia
  • Mochamad Aviandy Departemen Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.47313/pjsh.v9i1.3623

Keywords:

konflik, poskolonial, agama, identitas, hibrida, agensi.

Abstract

This study examines the dynamics of conflict and hybrid identity in the film Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014) by Angga Dwimas Sasongko. The conflict arises from two elements, namely religion and identity. The method used is textual analysis with a postcolonial approach. The results and conclusions are that the conflict between Islam and Christianity is related to the integration of Maluku and Indonesia and the colonial legacy that has created unequal power relations. Furthermore, to resolve the conflict, the Indonesian government deployed the military, but the result was tension in society. The character Sani Tawainella in this film is present as an agent and can resolve conflicts. He uses football as an instrument for conflict resolution, and creates a hybrid identity.

 

Abstrak

Penelitian ini membahas dinamika konflik dan identitas hibrida dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku (2014) karya Angga Dwimas Sasongko. Konflik bersumber pada dua elemen, yaitu agama dan identitas. Metode yang digunakan adalah analisis teks dengan pendekatan poskolonialisme. Hasil dan simpulan adalah konflik antara agama Islam dan Kristen berkaitan dengan penggabungan Maluku dan Indonesia dan warisan kolonial yang telah menciptakan ketidaksetaraan relasi kuasa. Selanjutnya, untuk menyelesaikan konflik tersebut, pemerintah Indonesia mengerahkan militer, tetapi hasilnya adalah ketegangan di masyarakat. Tokoh Sani Tawainella di dalam film ini, hadir sebagai agensi dan dapat menyelesaikan konflik. Ia menggunakan sepak bola sebagai instrumen penyelesaian konflik, dan menciptakan identitas hibrida.

References

Barker, C. (2000). Cultural Studies, Theory and Practice. London: Sage Publications.

Bandia, P. (2012). “Postcolonial literary heteroglossia: a challenge for homogenizing translation” dalam Perspectives, 20(4), 419–431. https://doi.org/10.1080/0907676X.2012.726233

Bertrand J. (2009). Nationalism and Ethnic Conflict in Indonesia. Cambridge Asia-Pacific Studies. Cambridge: Cambridge University Press; 2003:114-134. doi:10.1017/CBO9780511559341.009

Bhabha, H. Κ. (2012). The location of culture. London: Routledge.

Chauvel, R. (2008). Nationalists, soldiers and separatists. https://doi.org/10.1163/9789004253957

Cyntara, Rheisnayu. (2021). Mengimajinasikan Bangsa dalam Sinema, Diskursus Performative Nation dalam Film Dongeng dari Dirah (1992) dan Under the Tree (2008). Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Fanón, F. (1963). The wretched of the Earth. http://dx.doi.org/10.2307/20048263

Garane, J. (2014). “How Postcolonial Translation Theory Transforms Francophone

African Studies” dalam The Comparatist 38, 188-205. doi:10.1353/com.2014.0022.

Hall, S. (1997). Representation: Cultural representations and signifying practices. SAGE Publications eBooks. http://ci.nii.ac.jp/ncid/BA29844802

Indrawan, J., & Putri, A.T. (2022). “ANALISIS KONFLIK AMBON MENGGUNAKAN PENAHAPAN KONFLIK SIMON FISHER” dalam Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik.

Karpińska, P. (2016). “POSTCOLONIAL TENDENCIES IN TRANSLATION IN THE LIGHT OF CENTRE-PERIPHERY PRE-CONCEPTUAL IMAGE SCHEMA” dalam Journal of Education Culture and Society, 7(2), 328-339. https://jecs.pl/index.php/jecs/article/view/10.15503.jecs20162.328.339

Pattiasina, T. P. S. (2018). “Representasi Budaya Maluku dalam Film Cahaya dari Timur: Beta Maluku” dalam jurnal E-Komunikasi, [Nol 6, no 1].

Qurtuby, S. A. (2018). “Sejarah Politik Politisasi Agama dan Dampaknya di Indonesia” dalam jurnal Maarif, 13(2), 43–54. https://doi.org/10.47651/mrf.v13i2.21

Rachmaria, L. (2020). “Melacak keberadaan ideologi pada film Cahaya dari Timur: Beta Maluku” dalam jurnal ProTVF: Jurnal Kajian Televisi Dan Film, 4(2), 270. https://doi.org/10.24198/ptvf.v4i2.26283

Rahman, R. H., Soedarsono, D. K., & Atnan, N. (2016). “Representasi toleransi umat beragama dalam film Cahaya dari Timur (Analisis semiotika Charles Sanders Pierce dalam film Cahaya dari Timur)” dalam jurnal eProceedings of Management, 3(2). https://libraryeproceeding.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/view/2269/2145

Saputra, Tri. (2017). Analisis Semiotika Makna nasionalisme dalam film Cahaya dari Timur: Beta Maluku karya Angga Dwimas Sasongko. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/40201/1/TRI%20SAPUTRA%20SM-FDK.pdf

Tuankotta, U. (2019). MAKNA PESAN PERDAMAIAN DALAM FILM DRAMA INDONESIA(Analisis Semiotika dalam Film Cahaya dari Timur : Beta Maluku, Karya Angga Dwimas Sasongko). https://eprints.umm.ac.id/45598/

Wailussy, Farhan. (2018). Perdamaian dalam Film: Analisis Semiotika Pesan Perdamaian dalam Film ‘Cahaya dari Timur Beta Maluku’. Tesis. Universitas Gadjah Mada.

Wynter, S. (2001). “Towards the Sociogenic Principle: Fanon, Identity, the Puzzle of Conscious Experience, and What It Is Like to Be ‘Black’” dalam National Identities and Socio-Political Changes in Latin America. Routledge.

Sasongko, A. D. (Sutradara). (2014). Cahaya dari Timur: Beta Maluku.

Published

2024-07-04

Issue

Section

Articles