ETNOSENTRISME DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DI MALUKU UTARA (STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA TERNATE)
DOI:
https://doi.org/10.47313/pjsh.v4i1.598Keywords:
etnosentrisme, otonomi daerah, implikasi teoritis, pemerintah kota ternate, maluku utaraAbstract
Penelitian ini dilatar belakangi oleh maraknya rekrutmen pejabat pemerintah daerah di Maluku Utara yang bersifat etnosentrisme di era otonomi daerah khsusu pemerintah daerah Kota Ternate. Sehingga melahirkan keresahan di tengah masyarakat atau menimbulkan kecumburuan sosial atara etnis yang satu dengan etnis yang lain yang ada di Kota Ternate. Peneltian ini menggunakan teori etnosentrisme dari W.G. Summer tahun 1906 untuk melukiskan apa yang disebut perjudicial attitudes antara in-groupos dan out-groupos. Sikap, kebiasaan, dan prilaku kelompok “kami” lebih suprior dari pada kelompok “kamu”. Azra tahun 2001, otonomi cendrung mengakibatkan terjadinya kemerosotan integritas nasional. Otonomi cendrung mendorong terjadinya penguatan sentimen dan identitas lokal, yang dalam konteks Indonesia tampak dari meningkatnya sentimen ‘putra daerah” dalam pengisian posisi-posisi pada tingkat lokal. Malahan negara bangsa yang multi etnis akan terancam serius jika propinsialisme atau local nationalism beramalgamasi dengan ethnocentrism, sehingga menjadi ethno-nationalism. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, sedangkan teknik analisa data menggunakan deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yakni: Pertama, wawancara mendalam terhadap informan yang memahami proses rekrutmen pejabat publik yang bersifat etnosentrisme. Kedua, melalui dokumen dengan pengumpulan data, dengan cara membaca, dan menganalisa bahan-bahan yang relevan dengan masalah penlitian, seperti buku, artikel dari internet, naskah, dan arsip yang berhubungan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, rekrutmen pejabat publik di Kota Ternate bersifat etnosentrisme. Kedua, para pejabat yang direkrut untuk mejadi pejabat publik di Kota Ternate kebanyakan memiliki latar belakang identitas etnis Tidore. Ketiga, para pejabat yang berasal dari etnis Tidore kebanyakan menduduki jabatan strategis (basah), sedangkan para pejabat diluar etnis Tidore menduduki jabatan kering. Keempat, para pejabat diluar etnis Tidore yang mendapatkan jabatan ternyata sebagian istri atau suaminya memiliki identitas sebagai etnis Tidore. Implikasinya teoritis menunjukkan bahwa rekrutmen pejabat publik di Kota Ternate yang bersifat etnosentrisme, karena kelompok etnis yang berkuasa meresa dirinya lebih suprior atau lebih hebat dari kelompok etnis yang tidak berkuasa. Selain itu, direkrutnya para pejabat yang bersifat etnosentrisme, dengan tujuan supaya kelompok etnis yang sedang berkuasa dapat melahirkan kader kepemimpin baru agar mereka dapat mempertahankan kekuasaan identitas etnisnya. Namun ternyata di balik rekrutmen pejabat yang bersifat etnosentrisme ini, menimbulkan kecumburan sosial yang luar biasa antara etnis yang satu dengan yang lain. Hal ini berdampak kepada sistem pemerintahan di Kota Ternate yang berjalan tidak efektif dan tidak efeisen.
References
Alm, J., Aten, R.H. & Bahl, R. (2001). Can Indonesian Decentralize Successfully?; Plans, Problems & Proscpect. BIES (Bulletin of Indonesia Economic Studies), Vo. 37 No. April, hlm.83-102.
Azra, Azyumardi, (2001). Politik Lokal dan Pembelajaran Politik. Dalam Jurnal Ilmu Pemerintahan. No. 14, Jakarta.
Badjuri, A. & Yuwono, T. (2002). Kebijakan Publik, Konsep & Strategi. JIP UNDIP, Semarang.
Finer, S.E., (1985). Comparative Government. Pelican Books, New York.
Harisson Lisa, (2007). Metodologi Penelitian Politik. Cetatakan Pertama. Jakarta: PT. Putra Grafika.
Liddle, Tip. (1994). All Politics is Local. Bob Adams Inc., Bolbrook, Massachusetts.
Maleong Lexi J, (2001). Metode Penilitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Mardalis. (2000). Metode Penilitian: Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Sinar Grafika Ofsset.
Sanapia, Faisal. (1999). Format-Format Penilitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Silver, C., Azis, I.J. & Schroeder, L. (2001). Intergovernmental Transfers and Desentralization in Indonesia. BIES (Bulletin of Indonesia Economic Studies),Vol. 37 No. December, hlm. 345-362.
Sundhaussen, Ulf. (1989). dalam Larry Diamond, Liz dan Lipset (Eds.). Democracy in Developing Countries: Asia. Lynne Rienner Publishers, Boulder, Colorado.
Surbakti, Ramlan. (2000). Politik Desentralisasi dan Demokrasi. IIP, Jakarta.
Downloads
Published
Issue
Section
License
- Hak publikasi atas semua materi informasi yang tercantum dalam situs jurnal ini dipegang oleh dewan redaksi/editor dengan sepengetahuan penulis. Pengelola Jurnal akan menjunjung tinggi hak moral penulis.
- Aspek legal formal terhadap akses setiap informasi dan artikel yang tercantum dalam situs jurnal ini mengacu pada ketentuan lisensi Creative Commons Atribusi-NonCommercial-No Derivative (CC BY-NC-ND), yang berarti bahwa hanya dengan izin penulis, informasi dan artikel Jurnal BACA dapat didistribusikan ke pihak lain dengan tanpa merubah bentuk aslinya untuk tujuan non-komersial.
- Setiap terbitan Populis Jurnal Sosial dan Humaniora, baik cetak maupun elektronik, bersifat open access untuk tujuan pendidikan, penelitian, dan perpustakaan. Di luar tujuan tersebut, penerbit atau pengelola jurnal tidak bertanggung jawab atas terjadinya pelanggaran hak cipta yang dilakukan oleh pembaca atau pengakses.